Dukungan Orangtua bagi Pendidikan Anak di Sekolah
Pendidikan anak di sekolah pasti menjadi prioritas utama orangtua. Karena pendidikan adalah jembatan menuju perubahan.
Ya, perubahan ke arah yang lebih baik. Mulai dari pengetahuan, ketrampilan dan kebiasaan yang diharapkan mampu mendukung masa depan anak.
Sayangnya, banyak orangtua yang tidak melibatkan diri dalam pendidikan anak di sekolah.
Setelah anak masuk sekolah, baik yang bersifat formal maupun informal, kita menganggap guru adalah penanggung jawab utama keberhasilan pendidikan anak di sekolah.
Tidak hanya untuk dengan bidang akademis, pengembangan kepribadian pun kita serahkan begitu saja pada sekolah.
Buktinya, para orangtua berbondong-bondong menitipkan anaknya ke sekolah yang menawarkan pendidikan karakter, akhlak mulia hingga yang berbasis agama.
Dengan label semacam itu, orangtua berharap anak menjadi baik dan berakhlak dengan sendirinya.
Dan, kita tak perlu susah-susah mendidik anak di rumah.
Inilah kesalahan orangtua . .
tidak memberikan dukungan dan pendampingan.
Padahal . .
keberhasilan pendidikan anak di sekolah membutuhkan kolaborasi harmonis antara orangtua dan pihak sekolah.
Meskipun begitu, sekolah hanyalah lembaga yang membantu proses pendidikan anak.
Dan, penanggung jawab utama dari pendidikan anak tetaplah orangtua.
Jadi, hal apa saja yang bisa dilakukan orangtua untuk mendukung keberhasilan pendidikan anak di sekolah?
Berikut adalah rinciannya untuk Anda.
#1 Memilih sekolah sesuai dengan minat dan potensi anak
Kesesuaian antara potensi anak dengan tempatnya menimba ilmu, menyumbang andil besar bagi perkembangan kecerdasan anak.
Tidak hanya kecerdasan yang berkembang pesat, potensi anak pun akan terasah maksimal.
Misalnya, anak Anda berbakat main piano. Maka, sekolah yang hanya mementingkan bidang akademis tidak akan cocok untuknya.
Apabila anak memiliki minat dan bakat dalam badminton, maka sekolah yang mengabaikan multiple intelligence tidak akan sesuai untuknya.
Untuk memilih sekolah yang sesuai dengan minat dan potensi anak memang tidak mudah.
Karena anak-anak belum mampu mengungkapkan keinginannya dengan baik.
Selain itu, orangtua yang tidak peka akan kesulitan ‘membaca’ bakat melalui keseharian anak.
Namun, ada 1 cara sederhana yang bisa Anda lakukan untuk mengetahui tanda-tanda potensi anak.
Memperhatikan bagaimana anak Anda menghabiskan waktu luangnya.
Saat ia sedang bebas, tidak berada di bawah tekanan atau perintah dari Anda atau orang lain, kegiatan apa yang biasanya dipilih anak?
Apakah mereka mengisi waktu luang dengan membaca, mendengarkan musik, bermain futsal dengan teman-temannya atau bersepeda?
Itulah tanda dari minat alami anak. Dan, kemungkinan itu juga tanda dari potensi anak Anda.
>> Referensi jalur pendidikan lain selain sekolah yakni HOMESCHOOLING. Jika Anda sedang menimbang, tapi bingung bagaimana cara memulai, menjalankan dan mengevaluasinya, bisa mengikuti Pelatihan Homeschooling dengan cara klik banner di bawah ini <<
Apa yang terjadi jika orangtua memilih sekolah untuk anak, tapi mengabaikan minat dan potensinya?
Anak-anak tidak akan belajar dengan maksimal.
Mereka tidak akan total dalam menjalankan kesehariannya.
Coba perhatikan anak-anak yang belajar di sekolah.
Kenapa mereka tidak mampu berprestasi secara maksimal, padahal orangtua telah memberikan fasilitas lengkap terkait sekolah anak.
Menempatkan anak di sekolah berbasis internasional, memberi les tambahan hingga mengundang guru privat ke rumah.
Upaya itu akan sia-sia, jika potensi anak memang tidak dalam bidang akademis.
Pemilihan sekolah anak sesuai dengan kapasitas individual yang dimiliki akan melejitkan potensi anak.
Sehingga, tidak ada lagi istilah anak bodoh atau anak malas.
Yang ada adalah anak-anak belum menemukan wadah tepat untuk mengembangkan potensinya.
#2 Memilih sekolah yang mengijinkan kontribusi dari orangtua
Sekolah yang baik pasti mengikutsertakan orangtua dalam berkontribusi demi keberhasilan murid-muridnya.
Namun, tidak banyak sekolah yang membangun hubungan baik dengan orangtua.
Biasanya sekolah mengundang orangtua hanya untuk mengambil rapor semesteran (6 bulan sekali), saat anak bermasalah di sekolah atau saat ada kenaikan biaya bulanan sekolah.
Saat anak terlihat baik, sekalipun tidak berprestasi, tidak ada kepentingan bagi sekolah untuk mengundang orangtua.
Inilah kekurangan sekolah di Indonesia . .
tidak mengaktifkan peran orangtua sebagai motivator utama untuk keberhasilan pendidikan anak di sekolah.
Yang seharusnya sekolah lakukan:
- Membuat forum orangtua sebagai wadah musyawarah terkait substansi pendidikan dan teknis pengajaran yang dilakukan oleh para guru.
- Pertemuan orangtua dan guru wali secara berkala guna membahas perkembangan belajar, moral dan perilaku anak di sekolah
- Mengadakan pelatihan atau seminar parenting dari ahli untuk membuka wawasan orangtua terkait pengasuhan anak
3 hal tersebut bisa menjadi langkah preventif bagi kenakalan anak di sekolah atau turunnya performa belajar anak.
Orangtua yang aktif berkontribusi pun bisa menjadi rekan bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Hal ini pasti akan berdampak positif bagi kemajuan anak-anak Anda di sekolahnya.
#3 Memaknai belajar secara luas
Makna belajar bagi orang Indonesia sungguh sempit!
Jika ada orangtua yang meminta anaknya belajar, hal itu biasa diartikan sebagai membaca buku-buku sekolah.
Berarti mengerjakan PR.
Berarti ikut les atau tambahan pelajaran.
Berarti menghafal dan semua yang berkaitan dengan mata pelajaran sekolah.
Inilah cara pandang yang perlu diubah.
Karena belajar adalah proses perubahan kepribadian manusia yang ditunjukkan dalam peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku.
Jadi, apapun yang mampu mengubah Anda menjadi pribadi yang lebih baik, sekalipun itu sepele bisa disebut dengan belajar.
Apakah itu mencium aroma tertentu, berjalan-jalan, berkunjung ke rumah teman lama dan lain-lain.
Selama kegiatan itu membantu Anda meningkatkan kualitas diri, itulah belajar.
Kenapa mengubah cara pandang tentang belajar bisa mendukung keberhasilan pendidikan anak di sekolah?
Karena Anda akan berhenti menuntut anak-anak membaca buku dan menghafal materi.
Anda akan berusaha mencari cara variatif dan menyenangkan agar anak mampu memahami materi pelajaran dengan mudah.
Tanpa harus menghafal dan tanpa harus memaksa.
Karena hafalan dan paksaan hanya akan membuat anak tertekan serta kesulitan memahami materi.
Inilah yang menghambat kesuksesan akademisnya.
#4 Mendampingi anak saat proses belajar
Orangtua memiliki kesibukan yang penting.
Bekerja dan mengurus rumah tangga juga memberikan andil bagi kemajuan anak-anak di sekolah.
Tapi, orangtua sering menjadikan 2 hal di atas sebagai alibi seperti,
tak sempat mendampingi anak belajar karena sibuk dan lelah.
Memang tidak mudah membagi waktu dan konsentrasi.
Namun, satu hal yang perlu Anda ingat bahwa pendidikan anak hari ini adalah investasi Anda untuk masa depan.
Anak yang dididik dengan baik, akan menyebarkan kebaikan untuk lingkungannya.
Anak yang dididik dengan penuh tanggung jawab, akan menjadi pribadi yang bertanggung jawab pada hidupnya.
Kebaikan dan tanggung jawab yang anak lakukan akan bermanfaat bagi hidup Anda baik di dunia maupun akhirat.
Jadi, tak ada lagi alasan untuk tak mendampingi anak-anak saat belajar.
Beberapa bentuk dukungan yang bisa Anda tunjukkan pada anak;
- Mematikan TV, menjauhkan gadget dan fokus mendampingi anak saat belajar
- Jangan membantunya menghafal, ajari caranya memahami
- Bantu anak mempelajari ulang materinya
- Jangan jadi guru yang mendikte. Jadilah rekan belajar yang mendukung
- Memantau perkembangan nilai anak
- Jangan bandingkan nilai anak dengan nilai temannya. Bandingkan nilainya sekarang dengan nilainya yang dulu
- Fokus pada kualitas belajar. Yang penting adalah apa yang didapatkan anak, bukan seberapa lama waktunya belajar
Anda perlu membuat kesepakatan dengan anak terkait waktu belajar.
Pilihlah waktu dimana anak merasa nyaman, tidak mengantuk, badan dan pikirannya fresh serta tidak terlalu kenyang.
Dalam kondisi yang segar, maka proses belajar akan berjalan dengan efektif.
#5 Motivasi untuk meraih cita-cita melalui pendidikan
Seperti yang sudah kami tuliskan di atas..
pendidikan adalah jembatan menuju perubahan.
Pendidikan formal, informal maupun non formal sama-sama mampu menjadi alat bantu menuju perubahan.
Perubahan yang lebih baik dari segi pemikiran, pengetahuan, perilaku dan ketrampilan.
Yang semuanya itu akan membantu kita menuju kesejahteraan hidup.
Orangtua memang sering memberikan motivasi untuk anaknya.
Namun, motivasi ini terkadang disampaikan dengan nada mengancam.
Kak, ayo belajar. Kalau nggak belajar nanti nilainya jelek lho, bisa nggak naik kelas
atau..
Kak, kita belajar yuk. Kalau nggak belajar nanti dimarahi bu guru lho
Ini bukan motivasi. Tapi, ancaman yang bisa membuat mental anak down.
Motivasi yang baik tentu menggunakan kalimat positif.
Motivasi yang baik tentu bermakna mendukung dan membesarkan hati anak.
Saat anak mengeluh dengan tugas sekolah, saat ia lelah dengan kegiatan sekolah atau saat ia tidak dalam mood yang baik, berikanlah motivasi itu.
- Kamu sudah mencobanya kak, ibu bangga sama kamu
- Kakak tidak pernah menyerah, meskipun itu sulit
- Wah, nilai kakak sudah ada perkembangan
- Kakak sudah melakukan yang terbaik
- Kamu sudah belajar dengan baik, nak
Setelah itu, tunjukkan korelasi antara belajar dengan cita-citanya.
Bahwa dengan pendidikan itu, ia akan lebih mudah dalam meraih cita-citanya.
Selamat! Anda sudah memahami dasar-dasar pendidikan anak di sekolah untuk mendukung keberhasilan mereka.
Kami sarankan untuk lanjut membaca bab-bab berikut guna melengkapi pemahaman Anda.
BAB 1 Panduan Orangtua untuk Sekolah Anak Bab pertama ini akan mengajarkan Anda mempersiapkan anak masuk sekolah, mengatasi anak malas belajar, anak mogok sekolah dan masalah-masalah lain yang muncul di usia sekolah. |
BAB 2 Bullying Anak dan Cara Penanganannya Bullying adalah ancaman bagi anak-anak kita. Ianya bisa merusak anak secara fisik maupun mental. Kenali ciri-ciri anak terkena bullying dan cara menangani korban atau pelaku bullying. |
BAB 3 Mengajari Anak Mengelola Keuangan Ini materi yang penting. Karena anak akan belajar tentang nilai uang dan cara menghasilkannya. Mereka akan terhindar dari perilaku konsumtif, mampu berhemat dan mengelola uang dengan baik. |